balienews.com, Dalam upaya menjaga kesehatan ginjal, pemilihan makanan menjadi faktor krusial. Dr. Emasuperr, seorang ahli kesehatan, dalam channel Youtubenya memberikan panduan penting mengenai jenis-jenis makanan yang dapat meningkatkan kerusakan ginjal dengan cepat. Simak penjelasan lengkapnya di sini.
1. Garam dan Makanan Asin
Makanan yang tinggi sodium, seperti makanan asin, keripik, dan makanan kalengan, dapat memicu kerusakan ginjal. Kandungan natrium klorat pada makanan tersebut dapat meningkatkan penyerapan cairan dalam tubuh, mengakibatkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Selain itu, tingginya natrium dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko pembentukan batu ginjal.
2. Makanan Tinggi Protein
Meski diet tinggi protein terbukti bermanfaat untuk menurunkan berat badan dan menjaga kesehatan jantung, konsumsi protein secara berlebihan dapat menimbulkan risiko kerusakan ginjal. Pemecahan protein menghasilkan zat sisa seperti urea dan kreatinin yang harus disaring dan dikeluarkan oleh ginjal. Penggunaan protein yang berlebihan dapat meningkatkan beban kerja ginjal dan meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal.
3. Makanan Tinggi Gula
Ketidakseimbangan kadar gula dalam tubuh dapat menjadi tanda kerusakan ginjal. Ginjal yang sehat seharusnya mampu menyerap gula sepenuhnya, tetapi jika terlalu banyak gula dalam tubuh, ginjal akan mengeluarkannya melalui urin. Ini dapat menyebabkan nefropati diabetik, yaitu kerusakan ginjal akibat gula berlebihan. Oleh karena itu, disarankan untuk membatasi konsumsi gula agar ginjal tetap sehat.
4. Makanan Tinggi Oksalat
Makanan tinggi oksalat, seperti teh hitam, sayuran berwarna hijau, dan kacang-kacangan, dapat meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal. Oksalat yang berlebihan akan mengendap di dalam ginjal dan memicu terbentuknya batu ginjal. Meskipun makanan ini boleh dikonsumsi, disarankan untuk tidak mengonsumsinya secara berlebihan.
5. Makanan Tinggi Fosfor
Produk susu dan minuman bersoda berwarna hitam yang tinggi fosfor, jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan, dapat meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal. Fosfor yang berlebihan dapat menumpuk di dalam tubuh dan meningkatkan risiko kerusakan ginjal.
6. Konsumsi Vitamin Berlebihan
Meskipun tubuh membutuhkan vitamin, mengonsumsi vitamin dalam dosis berlebihan dapat memberatkan kinerja ginjal. Beberapa vitamin seperti A, C, dan D, jika dikonsumsi secara berlebihan, dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal. Oleh karena itu, perhatikan takaran yang disarankan untuk setiap jenis vitamin.
7. Anabolik Steroid
Penggunaan anabolik steroid, terutama oleh atlet atau penggemar fitness, dapat meningkatkan laju penyaringan ginjal. Zat sisa seperti protein, kreatinin, nitrogen, dan asam urat dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal jika dikonsumsi secara berlebihan dan tanpa pengawasan medis.
8. Kombinasi Kafein dan Taurin
Kafein, jika dikombinasikan dengan taurin, seperti pada minuman berenergi, dapat meningkatkan aliran darah dan kinerja jantung. Meskipun dikonsumsi dalam batas wajar, kombinasi ini bisa meningkatkan risiko gagal ginjal akut. Oleh karena itu, konsumsilah minuman berenergi dengan bijak.
9. Obat Nefrotoksik
Sejumlah obat-obatan tertentu, terutama dalam dosis tinggi dan penggunaan jangka panjang, dapat menjadi nefrotoksik. Hal ini berarti zat sisa obat tersebut tidak dapat diserap oleh tubuh dan harus dikeluarkan melalui ginjal. Penting untuk memahami efek samping jangka panjang dari obat-obatan yang dikonsumsi dan berkonsultasi dengan dokter.
10. Jamu dan Ramuan Berlebihan
Tidak hanya obat-obatan, beberapa jamu-jamuan atau ramuan dari bahan alami jika dikonsumsi tanpa takaran yang jelas dapat meningkatkan risiko gagal ginjal akut. Selain itu, beberapa makanan yang ketika dikonsumsi secara berlebihan misalnya seperti jengkol, belimbing, empedu ikan dan Empedu ular, dalam beberapa kasus juga bisa meningkatkan resiko munculnya kerusakan ginjal.
Penting untuk diingat bahwa menjaga kesehatan ginjal melibatkan pemilihan makanan yang seimbang dan memperhatikan takaran konsumsi. Konsultasikan dengan ahli gizi atau dokter untuk mendapatkan panduan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan individu.