Tabanan, balienews.com – Wayan Sumerta Dana Arta, S.Sn.M,Si, penggagas Mie Kelor Gud yang terkenal, terus memperkaya dunia kuliner dengan inovasinya yang terbaru, “Gadis Imut” – minuman cendol kelor yang menarik perhatian. Dengan sentuhan kreatifnya, Sumerta tidak hanya menciptakan produk yang mengikuti tren, tetapi juga mempertahankan nilai-nilai lokal Bali.
Inspirasi Gadis Imut muncul ketika Sumerta dan istrinya merasakan kebutuhan akan minuman segar dan sehat selama car free day di Kabupaten Tabanan. Dengan memanfaatkan kelor sebagai bahan utama, mereka berhasil menciptakan minuman yang menggoda selera, meskipun dengan masa simpan yang terbatas, yaitu hanya 4 hari. “Pembuatan Gadis Imut ini memakan waktu setengah jam, karena kami telah menemukan komposisi yang tepat,” ungkap Sumerta. Upaya untuk memperpanjang masa simpannya membutuhkan sertifikasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), minimal PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga).
Minuman cendol kelor ini terbuat dari campuran tepung dan jeli, hadir dalam tiga varian rasa, yaitu susu, gula aren, dan coklat, dengan harga terjangkau Rp 5 ribu. Saat ini, produk ini baru tersedia di acara car free day dan pasar murah, dengan rencana ekspansi ke warung-warung sekolah di masa mendatang.
Selain sebagai pengusaha kuliner, Sumerta juga aktif dalam melestarikan seni budaya Bali. Melalui pembelian Mie Kelor Gud, konsumen tidak hanya menikmati kuliner lezat tetapi juga turut serta dalam pelestarian seni budaya Bali. Sumerta bahkan bersedia berbagi pengetahuan seni tradisional dan kesenian dengan generasi muda melalui kerjasama dengan dunia pendidikan.
Mie Kelor Gud, awalnya dikenal dalam tiga varian, kini tengah mengembangkan varian baru, yaitu rasa sop ikan laut dengan bumbu khas Tabanan. “Kami ingin mengangkat kearifan lokal melalui eksperimen ini, memanfaatkan potensi ikan laut yang melimpah di Tabanan,” tambah Sumerta.
Pengaruh positif Mie Kelor Gud tidak hanya terbatas pada cita rasa lezatnya, tetapi juga sebagai sarana untuk melestarikan seni budaya dan mendukung pendidikan. Sumerta dan timnya, melalui produk-produk berkualitas, berusaha memberdayakan masyarakat dan menciptakan dampak positif bagi komunitas lokal.
Dengan bergabung dalam Asosiasi Beyone Moringa Indonesia (ABMI), Sumerta juga turut berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Asosiasi ini fokus pada kelor, baik dalam budidaya maupun produksi turunannya, sebagai langkah untuk menyelamatkan bumi dan menghutankan hutan.
“Ini bukan hanya tentang kuliner, tetapi juga tentang memberikan dampak positif pada lingkungan dan budaya. Satu pohon kelor di pekarangan rumah sudah mampu menyerap 30 persen karbon dioksida, menjadikan udara lebih bersih,” ucap Sumerta dengan semangat. Inovasi kuliner seperti Gadis Imut dan eksperimen varian baru Mie Kelor Gud menjadi bukti bahwa dunia kuliner dapat menjadi agen perubahan positif untuk komunitas dan lingkungan sekitarnya. (BEM1)