Balienews.com — Sebuah penelitian terbaru mengungkap temuan mengejutkan terkait platform gim populer Roblox, yang dianggap gagal melindungi anak-anak dari konten berbahaya dan interaksi dengan orang dewasa tanpa pengawasan.
Studi ini dilakukan oleh lembaga riset digital Revealing Reality dan dibagikan kepada The Guardian.
Anak-anak Mudah Terpapar Konten Tidak Pantas
Dilansir dari The Guardian, penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak-anak usia lima tahun bisa dengan mudah berkomunikasi dengan orang dewasa di Roblox, meskipun platform itu telah memperbarui pengaturan keamanan pada akhir 2024.
Bahkan, akun uji coba berusia 10 tahun ditemukan dapat mengakses ruang virtual bernuansa seksual, termasuk adegan avatar berpose sugestif dan obrolan suara yang memuat deskripsi aktivitas seksual.
Revealing Reality menyebut temuan ini sebagai “sesuatu yang sangat mengganggu”, karena adanya kesenjangan besar antara citra Roblox sebagai dunia ramah anak dan kenyataan di dalam platform.
Kekhawatiran Orang Tua Meningkat
Para orang tua melaporkan kasus kecanduan, trauma setelah melihat konten seksual, hingga anak-anak yang mengalami grooming online (memikat anak secara online untuk tujuan eksploitasi).
Salah satunya dialami seorang anak laki-laki berusia 10 tahun yang didekati orang dewasa, serta seorang anak perempuan berusia 9 tahun yang mengalami serangan panik setelah menemukan konten seksual di dalam gim.
Damon De Ionno, Direktur Riset Revealing Reality, menegaskan:
“Fitur keamanan baru Roblox belum cukup. Anak-anak masih bisa berinteraksi dengan orang asing, dan dengan jutaan gim yang ada, orang tua tidak mungkin mengawasi semuanya.”
Respons Roblox: Akui Tantangan, Klaim Tingkatkan Keamanan
Roblox, yang memiliki lebih dari 85 juta pengguna aktif harian pada 2024, mengakui adanya risiko paparan konten berbahaya. Perusahaan menekankan telah menambahkan lebih dari 40 fitur keamanan baru pada 2024 dan terus bekerja sama dengan pakar serta pemerintah untuk meningkatkan perlindungan.
Matt Kaufman, Chief Safety Officer Roblox, mengatakan:
“Kepercayaan dan keselamatan adalah inti dari semua yang kami lakukan. Kami terus mengembangkan kebijakan, teknologi, serta alat moderasi untuk melindungi komunitas, terutama anak-anak.”
Namun, Roblox juga mengakui bahwa verifikasi usia bagi pengguna di bawah 13 tahun masih menjadi tantangan besar di industri ini.
Kampanye Keamanan Internet
Aktivis keselamatan internet, Baroness Beeban Kidron, menyebut penelitian ini sebagai bukti kegagalan sistematis Roblox dalam menjaga keamanan anak. Ia menyerukan agar riset seperti ini dilakukan secara rutin di platform digital yang banyak digunakan anak-anak.
Kasus ini kembali menegaskan pentingnya keterlibatan orang tua dalam mengawasi aktivitas digital anak. Platform seperti Roblox mungkin menawarkan hiburan dan kreativitas, tetapi risiko paparan konten berbahaya tetap ada. (BEM)