Sukabumi, Balienews.com — Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Cikaret di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, setiap hari menyiapkan ribuan porsi makanan bergizi gratis untuk 3.700 murid di Kecamatan Kebonpedes.
Tak hanya fokus pada cita rasa dan higienitas, dapur ini juga mengunggah menu harian ke media sosial sebagai bentuk transparansi kepada publik dan sarana edukasi tentang pentingnya gizi seimbang.
Kualitas dan Kebersihan Jadi Prioritas
Dalam suasana penuh disiplin, tim dapur SPPG Cikaret memastikan setiap hidangan disiapkan dengan standar kebersihan dan keamanan pangan. Upaya ini menjadi perhatian khusus di tengah meningkatnya kasus dugaan keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah daerah, yang diduga bersumber dari dapur SPPG yang tidak mematuhi aturan tata kelola masak.
Sandra, pemilik Yayasan Sedia Sukses Sukaraja yang menaungi dapur SPPG Cikaret, menegaskan pentingnya kontrol mutu harian.
“Kami timbang makanan sisa setiap hari. Kalau banyak yang tersisa, berarti rasa harus dievaluasi,” ujarnya, Sabtu (27/9).
Chef Berpengalaman dan Standar Higienitas Ketat
Dikutip dari Kumparan, SPPG Cikaret mempekerjakan chef senior berpengalaman 25 tahun yang sebelumnya mengolah makanan skala besar di Freeport, mencapai 11.000 porsi per hari. Tim operasionalnya juga terdiri atas tenaga profesional yang sudah lama berkecimpung di industri katering.
Sebelum beroperasi pada 21 Agustus 2025, tim SPPG Cikaret menjalani pelatihan sebulan penuh. Standar kebersihan diterapkan secara ketat, termasuk aturan penggunaan sarung tangan sekali sentuh, pembagian tugas antara petugas makanan matang dan bahan segar, serta inspeksi rutin setiap pukul 10.00 WIB.
“Kalau ada yang melanggar aturan higienitas, kami tegur langsung. Lama-lama mereka terbiasa disiplin,” tutur Sandra.

Menu Harian yang Terbuka untuk Publik
SPPG Cikaret aktif memanfaatkan media sosial, terutama akun Instagram @sppgcikaret.kebonpedes, untuk membagikan foto dan video menu harian.
Setiap hari, tim dapur mengunggah dokumentasi hidangan bergizi yang disiapkan bagi para siswa, mulai dari nasi, lauk pauk, sayur, hingga buah.
Menu disusun oleh tim ahli gizi bersama koki profesional, dan diperbarui secara berkala berdasarkan evaluasi rasa serta masukan dari murid melalui pengawas lapangan. Langkah ini membuat variasi menu semakin beragam dan sesuai dengan selera anak-anak.
“Kami terbuka menerima saran dari sekolah. Kalau banyak anak suka menu tertentu, misalnya ayam geprek, kami jadwalkan ulang untuk minggu berikutnya,” kata Sandra.
Mendorong Transparansi Lewat Media Sosial
Konsep keterbukaan ini juga diterapkan dapur-dapur MBG lain seperti SPPG Bener Purworejo (Jawa Tengah), SPPG Palmerah (Jakarta Barat), SPPG Sukarami Sukajaya 1 (Palembang), dan SPPG Babakan Madang 02 (Kabupaten Bogor). Semua aktif berbagi proses memasak hingga distribusi makanan di media sosial.
Wakil Ketua Badan Gizi Nasional, Nanik S. Deyang, menilai langkah ini penting untuk mendorong partisipasi publik dalam pengawasan.
“Saya minta masyarakat ikut mengawasi. Kalau ada keluhan, laporkan. Kami juga akan membuka hotline pengaduan,” kata Nanik, Jumat (26/9).
Partisipasi Publik untuk Makanan Aman
SPPG Cikaret menjadi contoh nyata bagaimana disiplin, transparansi, dan keterlibatan masyarakat dapat menjaga mutu program makan bergizi gratis.
Dengan pendekatan terbuka dan inovatif, dapur ini tak hanya mengenyangkan, tapi juga membangun kepercayaan antara penyedia dan penerima manfaat. (BEM)