back to top
Minggu, November 9, 2025
- Advertisement -spot_img
BerandaBeritaNasionalBRIN Temukan Mikroplastik dalam Air Hujan Jakarta

BRIN Temukan Mikroplastik dalam Air Hujan Jakarta

Jakarta, Balienews.com – Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap temuan mengejutkan: mikroplastik kini ditemukan di air hujan di wilayah Jakarta. Partikel plastik berukuran sangat kecil itu terbawa angin hingga jatuh bersama air hujan, menandakan polusi plastik telah memasuki siklus atmosfer bumi.

Mikroplastik Menyebar dari Darat hingga Langit

Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter hingga satu mikrometer. Karena ukurannya yang sangat kecil dan sulit terurai, partikel ini dapat bertahan lama di lingkungan serta berpindah dari udara ke tanah hingga ke air.

Secara umum, mikroplastik terbagi menjadi dua jenis. Pertama, mikroplastik primer, yaitu partikel yang sejak awal berukuran kecil seperti microbeads dalam produk kosmetik dan pembersih. Kedua, mikroplastik sekunder, yang berasal dari pecahan plastik berukuran besar seperti kantong plastik, botol minum, atau jaring nelayan.

BRIN: Mikroplastik Sudah Jadi Bagian dari Siklus Lingkungan

Temuan BRIN memperlihatkan bahwa mikroplastik telah menjadi bagian dari siklus lingkungan global. Plastik yang hancur di darat atau laut bisa terangkat angin, terbawa ke atmosfer, lalu turun kembali bersama air hujan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa sampah plastik tidak hanya menjadi ancaman di lautan, tetapi juga di udara yang kita hirup setiap hari.

Kemenkes: Fenomena Ini Perlu Diwaspadai, Bukan Ditakuti

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan RI, Aji Muhawarman, menegaskan bahwa temuan mikroplastik di air hujan tidak berarti air hujan berbahaya langsung bagi kesehatan.

“Fenomena ini perlu diwaspadai, bukan ditakuti. Ini sinyal bahwa partikel plastik sudah tersebar sangat luas di sekitar kita,” ujar Aji.

Menurut berbagai penelitian, manusia dapat terpapar mikroplastik melalui dua jalur utama — makanan dan minuman (seperti garam, seafood, dan air minum dalam kemasan) serta udara, karena serat sintetis dari pakaian atau debu perkotaan dapat terhirup.

Dampak Jangka Panjang Masih Diteliti

Beberapa studi menunjukkan, paparan mikroplastik dalam jangka panjang dapat memicu peradangan jaringan tubuh. Kandungan bahan kimia seperti bisphenol A (BPA) dan phthalates yang menempel pada mikroplastik juga berpotensi mengganggu sistem hormon, reproduksi, dan perkembangan janin.

Namun hingga kini, para ahli belum menemukan bukti ilmiah kuat bahwa mikroplastik secara langsung menyebabkan penyakit tertentu. Tingkat paparannya di populasi umum masih relatif rendah dan terus menjadi fokus penelitian.

Kemenkes Imbau Kurangi Plastik Sekali Pakai

Sebagai langkah pencegahan, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menjaga kebersihan rumah, dan tidak membakar sampah plastik.

“Gunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, terutama saat udara kering atau setelah hujan. Ini bukan karena air hujannya, tapi untuk mengurangi paparan debu dan polusi yang mungkin mengandung mikroplastik,” tambah Aji.

Selain itu, masyarakat disarankan untuk membawa botol minum isi ulang, menggunakan tas belanja non-plastik, serta ikut memilah sampah rumah tangga. Langkah sederhana ini dapat membantu mengurangi pembentukan mikroplastik baru di masa depan.

Mikroplastik kini menjadi tantangan nyata bagi kesehatan dan lingkungan. Dengan memulai dari kebiasaan kecil — seperti mengurangi plastik sekali pakai — setiap orang dapat berkontribusi menjaga udara, tanah, dan air tetap bersih bagi generasi mendatang. (BEM)

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_img

PILIHAN EDITOR

KOMENTAR TERKINI