Jakarta, Balienews.com — Meningkatnya pemanfaatan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dalam dunia kerja menimbulkan kekhawatiran akan tergantikannya peran manusia. Menanggapi hal ini, Pakar Budaya dan Komunikasi Digital Universitas Indonesia (UI), Firman, memberikan dua strategi penting agar pekerja profesional tidak merasa terancam oleh automasi.
1. Perlakukan AI sebagai Konsultan, Bukan Pesaing
Firman menyarankan agar AI dimanfaatkan sebagai alat bantu yang memperkuat kapabilitas pekerja, bukan sebagai ancaman. AI dapat diibaratkan sebagai teman atau konsultan yang membantu menyelesaikan tugas lebih cepat dan efisien.
“Jadi perlakukan AI itu seperti teman atau seperti konsultan. Itu kan menjadi daya tambahan kita untuk mengerjakan pekerjaan lebih baik,” kata Firman dikutip dari ANTARA.
Ia mencontohkan penggunaan AI dalam dunia penelitian. Saat ini, peneliti bisa memanfaatkan AI untuk meringkas jurnal, yang sebelumnya harus dibaca manual, sehingga menghemat waktu dalam mengumpulkan teori sebagai latar belakang penelitian.
Namun demikian, Firman menegaskan pentingnya menjaga daya kritis. “Pekerja tetap harus menyaring informasi yang dihasilkan AI dan tidak bergantung sepenuhnya, agar pemanfaatan AI tidak justru menyingkirkan peran manusia,” ujarnya.
2. Fokus pada Hal-Hal yang Belum Bisa Dikerjakan AI
Firman menyarankan agar para profesional menemukan celah pekerjaan yang belum dapat diisi AI, terutama dalam konteks berpikir kritis dan kontekstual. Meskipun AI semakin canggih dan mampu menyusun solusi berdasarkan perintah manusia, ada batasan yang belum bisa ditembus.
“AI itu dapat melakukan automasi asal ada perintah dari manusia. Ketika diperintah, dia baru bisa melakukan suatu tindakan. Nah manusia lebih unggul karena bertindak atas kehendak dan kesadaran sendiri,” jelas Firman.
Dalam praktik jurnalistik, misalnya, AI sudah dapat membuat laporan faktual berbasis data. Namun untuk karya mendalam seperti indepth reporting atau berita investigatif, AI masih belum mampu menandingi kemampuan manusia dalam menggali konteks dan membangun narasi yang kuat.
Survei Ipsos: 87 Persen Responden Indonesia Yakin AI Akan Ubah Dunia Kerja
Hasil survei Ipsos AI Monitor 2024, yang dilakukan di 32 negara termasuk Indonesia terhadap 23.685 responden berusia di bawah 75 tahun, menunjukkan bahwa 87 persen responden asal Indonesia percaya AI akan mengubah lanskap pekerjaan dalam lima tahun mendatang.
Menariknya, 1 dari 2 generasi Z juga menyatakan bahwa pekerjaan mereka bisa saja digantikan oleh AI dalam lima tahun ke depan. Ini mencerminkan kekhawatiran nyata di kalangan generasi muda terhadap perkembangan teknologi yang pesat.
Jangan Takut, Teruslah Berkembang
Firman menekankan bahwa kunci agar tidak tergantikan oleh AI adalah dengan terus mengembangkan kompetensi dan menjajaki peran-peran yang membutuhkan konteks, empati, dan kesadaran — kualitas khas manusia yang belum dapat diimitasi AI secara sempurna. (BEM)