back to top
Minggu, Juni 1, 2025
- Advertisement -spot_img
BerandaNusantaraBudayaRibuan Masyarakat Desa Adat Jimbaran Ikuti Prosesi Masupati lan Ngiring Sasuhunan Ida...

Ribuan Masyarakat Desa Adat Jimbaran Ikuti Prosesi Masupati lan Ngiring Sasuhunan Ida Bhatara Dewa Ayu

Jimbaran, Balienews.com, – Puluhan ribu warga Desa Adat Jimbaran tumpah ruah mengikuti prosesi masupati lan ngiring Sasuhunan Ida Bhatara Dewa Ayu, yang digelar pada Minggu (11/5/2025). Tradisi sakral ini dimulai sejak subuh dan melibatkan perjalanan spiritual dari Pura Ulun Siwi hingga Pura Luhur Uluwatu, dengan tujuan menjaga keharmonisan semesta melalui ritual suci yang berlangsung setiap dua setengah tahun.

Tradisi Jalan Kaki sebagai Bentuk Subakti

Prosesi dimulai pukul 06.00 Wita dengan mapeed atau berjalan kaki mengiringi pelawatan Barong Ket dari Pura Ulun Siwi menuju Pura Parerepan, Desa Pecatu, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke Pura Luhur Uluwatu.

Menurut Sekretaris Sekaa Barong Jimbaran, I Ketut Sutarja, upacara ini dilaksanakan setiap lima kali Hari Raya Galungan atau sekitar dua setengah tahun, namun bisa berubah tergantung pawisik (petunjuk niskala).

“Keuntungannya di zaman modern yang serba gampang ini, kami bangga bisa mempertahankan tradisi. Sehingga subakti kita di sini nilainya luar biasa,” jelas Sutarja.

Ritual Sakral untuk Menyeimbangkan Energi Alam

Ritual masupati merupakan puncak dari serangkaian prosesi spiritual yang bertujuan menyomian, menyeimbangkan unsur butha kala agar tercipta harmoni antara alam dan manusia. Pelawatan yang diiringi meliputi satu Barong dan tiga Rangda sebagai simbol Sesuhunan yang disungsung oleh warga Jimbaran.

“Kami juga menyungsung tapel grubug yang berfungsi menstabilkan energi saat ada gangguan atau kekacauan. Jika sesuhunan tidak ‘napak pertiwi’, tidak ada upacara metangi, bisa muncul grubug (bencana),” lanjut Sutarja.

Sepanjang perjalanan, warga melakukan sembahyang dan persembahan di sejumlah pura di rute yang dilalui. Upacara dilanjutkan dengan mepamit budal (pamit untuk pulang) dan ritual ngunying saat perjalanan kembali ke Pura Parerepan. Pementasan Calonarang digelar pada malam hari di Lapangan Pecatu. Keesokan paginya, rombongan kembali ke Pura Ulun Siwi, Jimbaran.

Pantangan dan Harapan untuk Kedamaian

Dalam prosesi ini, terdapat pantangan khusus bagi warga yang bersentuhan langsung dengan prosesi petangian, seperti larangan mengonsumsi daging babi. Namun, bagi masyarakat umum yang ikut serta sebagai bentuk subakti, tidak ada pantangan ketat.

“Harapan setelah upacara ini, semoga situasi di Jimbaran, baik makro maupun mikrokosmos lebih damai, tenteram, dan makmur,” pungkas Sutarja.

Upacara masupati dan ngiring Sasuhunan di Jimbaran bukan sekadar tradisi, tetapi wujud nyata pengabdian spiritual masyarakat Bali untuk menjaga keseimbangan kosmis. Partisipasi warga dalam jumlah besar menunjukkan betapa kuatnya nilai budaya dan harmoni di tengah arus modernisasi. (BEM)

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_img

PILIHAN EDITOR

KOMENTAR TERKINI