back to top
Senin, Agustus 18, 2025
- Advertisement -spot_img
BerandaLingkunganPengelolaan Sampah di Badung Hasilkan Omzet Miliaran Rupiah

Pengelolaan Sampah di Badung Hasilkan Omzet Miliaran Rupiah

Badung, Balienews.com – Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) 3R di Desa Adat Seminyak, Kabupaten Badung, berhasil menyulap sampah menjadi sumber cuan. Dengan sistem pengelolaan yang melibatkan rumah tangga, hotel, dan restoran, TPST ini mencatat omzet hingga Rp3,3 miliar per tahun.

TPST seluas 1.750 meter persegi itu telah beroperasi sejak 2003 dan menjadi sentra pengelolaan sampah yang melayani sekitar 1.800 pelanggan, termasuk 300 kepala keluarga dari warga lokal. Setiap hari, TPST menerima 180 meter kubik sampah dari wilayah Seminyak, Legian, hingga Kuta.

Sampah Anorganik Didaur Ulang, Organik Jadi Kompos Bernilai Jual

Ketua TPST 3R Seminyak, Komang Rudhita Hartawan, menjelaskan bahwa 60 persen sampah yang diolah berupa anorganik seperti botol plastik, kardus, dan kertas, sementara sisanya adalah sampah organik dari rumah tangga dan bisnis kuliner.

Baca Juga :  Inovasi Pengelolaan Sampah Plastik Jadi BBM di Desa Talunombo

Sebanyak 52 pekerja dibantu 28 truk pengangkut memilah dan mengolah sampah tersebut. Plastik yang telah dipadatkan kemudian dikirim ke mitra daur ulang di Cikarang, Jawa Barat, dengan volume pengiriman minimal 10 ton sekali jalan.

Harga jual sampah anorganik bervariasi. Misalnya, aluminium bisa mencapai Rp13.000–Rp14.000/kg, sementara botol plastik PET dihargai sekitar Rp4.500/kg.

Untuk sampah organik, proses pembuatan kompos memakan waktu sekitar 30 hari dengan kapasitas produksi 4–5 ton per bulan. Kompos ini kembali dijual ke hotel-hotel dengan kontrak senilai Rp2.500 per kilogram.

Namun, sebanyak 12 ton sampah residu tetap harus dibuang ke TPA Suwung, Denpasar setiap harinya.

Bank Sampah Bali: Edukasi Lingkungan yang Hasilkan Cuan

Tak hanya TPST, pengelolaan sampah juga diperkuat dengan kehadiran bank sampah yang menggabungkan pendekatan edukatif dan ekonomis. Ketua Yayasan Bali Wastu Lestari Denpasar, Ni Wayan Riawari, menjelaskan bahwa bank sampah bertugas memberdayakan masyarakat untuk memilah dan mengolah sampah bernilai ekonomi.

Baca Juga :  Tukar Sampah Jadi Emas Antam, Raih Manfaat Ekonomi dan Lingkungan

Yayasan ini bekerja sama dengan 698 unit bank sampah yang tersebar di sembilan kabupaten/kota se-Bali, dengan 304 unit berada di Kota Denpasar.

Antara 2021–2025, yayasan ini mencatat penyerapan sampah plastik mencapai 4.500 ton per tahun, menghasilkan nilai ekonomi sekitar Rp13 miliar melalui kerja sama dengan produsen.

Sampah Bisa Jadi Solusi Lingkungan & Ekonomi

Pengelolaan sampah berbasis komunitas seperti TPST dan bank sampah di Bali menunjukkan bahwa kearifan lokal mampu menjadi solusi konkret untuk persoalan lingkungan.

Sistem ini tidak hanya mengurangi beban TPA Suwung—yang dijadwalkan tutup pada Desember 2025—tetapi juga menciptakan nilai ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.

Pendekatan terintegrasi ini layak menjadi model pengelolaan sampah di daerah lain di Indonesia, menggantikan metode open dumping yang tidak ramah lingkungan.

Baca Juga :  Inovasi Teba Modern: Kelola Sampah Organik di Halaman Rumah

Sudah saatnya pengelolaan sampah tidak hanya diserahkan kepada pemerintah. Kolaborasi masyarakat, pelaku usaha, dan komunitas menjadi kunci menciptakan lingkungan yang bersih sekaligus bernilai ekonomi. (BEM)

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_img

PILIHAN EDITOR

KOMENTAR TERKINI