back to top
Rabu, Oktober 29, 2025
- Advertisement -spot_img
BerandaBeritaDaerahKoster Ajak Warga Bali Lestarikan Kearifan Lokal Lewat Perayaan Tumpek Wariga

Koster Ajak Warga Bali Lestarikan Kearifan Lokal Lewat Perayaan Tumpek Wariga

Karangasem, Balienews.com – Gubernur Bali Wayan Koster mengajak masyarakat untuk terus melestarikan kearifan lokal dan menjaga alam melalui perayaan Tumpek Wariga, hari suci penghormatan terhadap tumbuh-tumbuhan sebagai sumber kehidupan.

Ajakan ini disampaikan Koster saat mengikuti persembahyangan Tumpek Wariga di Pura Pengubengan, Besakih, Karangasem, Sabtu (25/10/2025).

Menurut Koster, Tumpek Wariga adalah wujud nyata penghormatan masyarakat Bali kepada alam dan lingkungan, khususnya tumbuh-tumbuhan yang disebut sebagai Sarwa Tumbuh atau “saudara tua” dalam ajaran Hindu Bali.

“Kita memuliakan Sarwa Tumbuh, atau tumbuh-tumbuhan, yang dalam kepercayaan Bali adalah saudara tua yang lebih dahulu ada di dunia ini,” kata Gubernur Koster

Makna Spiritual dan Ekologis Tumpek Wariga

Gubernur Koster menjelaskan, perayaan yang jatuh setiap 210 hari sekali berdasarkan kalender Bali ini memiliki makna penting, yakni memohon kepada Sang Hyang Sangkara agar tumbuhan berbuah dan memberi hasil menjelang Hari Raya Galungan.

Baca Juga :  Pemprov Bali Ancam Cabut Izin Usaha yang Tak Kelola Sampah dengan Benar

“Dalam kepercayaan kita, tumbuhan adalah kakek yang wajib dihormati. Mereka selalu memberi tanpa pamrih—memberi makanan, udara, dan kehidupan bagi manusia,” ujarnya.

Ia menambahkan, upacara ini merupakan bentuk komunikasi spiritual manusia dengan alam.

“Manusia melakukan komunikasi dengan tumbuhan secara spiritual, dengan penuh rasa hormat dan mantra penghargaan. Ini menunjukkan kesadaran ekologis yang sangat tinggi dari leluhur kita,” tambahnya.

Kebijakan Pemerintah Bali Jadikan Tumpek Sebagai Landasan Pelestarian

Koster mengungkapkan bahwa tradisi Tumpek kini menjadi bagian dari kebijakan resmi Pemerintah Provinsi Bali. Sejak tahun 2022, Pemprov Bali menetapkan Surat Edaran Gubernur yang mewajibkan perayaan tumpek—termasuk Tumpek Wariga—sebagai bentuk implementasi nilai-nilai kearifan lokal dalam pemerintahan.

Baca Juga :  Koster-Giri Resmi Pimpin Bali, Fokus pada Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali

“Prosesi atau perayaan tumpek ini sejak dahulu terus dijalankan masyarakat, namun belum menjadi kebijakan pemerintah. Karena itu saya tetapkan dalam kebijakan resmi,” kata Koster.

Ia mengingatkan agar masyarakat dan pemerintah daerah terus menjaga tradisi ini agar tidak punah di tengah arus modernisasi.

“Mari bergotong royong menjaga dan memuliakan alam dengan disiplin, tanggung jawab, dan kesadaran spiritual. Kita wujudkan Bali yang ajeg, sejahtera, dan lestari,” ajaknya.

Taman Gumi Banten Besakih Jadi Kebun Edukasi Spiritual

Usai persembahyangan, jajaran Pemprov Bali mengunjungi Taman Gumi Banten dan Usadha di Banjar Kedungdung, Desa Besakih, Karangasem. Taman seluas 4,2 hektare itu memiliki lebih dari 800 jenis tanaman yang digunakan dalam berbagai upacara keagamaan di Pura Agung Besakih, dengan sekitar 118 jenis upacara rutin setiap tahun.

Baca Juga :  Bupati Sanjaya Pimpin Gotong Royong Tanam Pohon dan Bersih Sungai di Pura Pekendungan

Koster mengarahkan agar taman tersebut ditata berdasarkan jenis dan tema tumbuhan agar lebih mudah dipahami oleh pengunjung. Ia juga meminta dibuatkan blok khusus dan aturan pengambilan tanaman dengan prosesi upacara tertentu.

“Saya ingin taman ini menjadi kebun edukatif yang hidup. Pengunjung tidak hanya melihat tanaman, tapi juga memahami maknanya dalam upacara dan kehidupan spiritual masyarakat Bali,” tutup Koster.

Melalui perayaan Tumpek Wariga, masyarakat diimbau terus menjaga keharmonisan dengan alam, menanam pohon, serta merawat lingkungan sebagai bentuk nyata rasa bakti dan pelestarian budaya Bali. (BEM)

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_img

PILIHAN EDITOR

KOMENTAR TERKINI