Jumat, Desember 20, 2024
spot_img
BerandaNusantaraBudayaPelinggih Ratu Malen, Tempat Memohon Kebijaksanaan

Pelinggih Ratu Malen, Tempat Memohon Kebijaksanaan

Tabanan – Keberadaan Pura Luhur Pekiyisan, Beji Agung Sad Khayangan Jagat Bali Luhur Batukau di Desa Pekraman Babahan, Penebel, Tabanan, memiliki daya tarik yang menarik perhatian. Pada kawasan Pura ini, yang menjadi tempat Ida Bhetara di Pura Batukau melakukan upacara mepengening (mesucian), ternyata terdapat pelinggih yang sering dikunjungi oleh beberapa pejabat dan tokoh masyarakat pada hari tertentu untuk memohon kebijaksanaan, yakni Pelinggih Ratu Wayan, atau dikenal sebagai Ratu Malen.

Terletak di bagian barat Pura Luhur Pekiyisan, dan di tepi Sungai Yeh HO, Pelinggih Ratu Wayan (Ratu Malen) ini mengandung cerita menarik. Salah satunya, banyak pejabat dan tokoh masyarakat dari berbagai tingkatan, tidak hanya dari Tabanan tetapi juga dari berbagai provinsi dan pemerintahan pusat, datang ‘tangkil’ untuk memohon kebijaksanaan, sebuah fenomena yang diakui oleh Kelian Adat Banjar Babahan, Nyoman Sarka Yasa.

Baca Juga :   160 Ogoh-ogoh Bersaing Ketat Menuju Kesanga Festival 2024

“Hari-hari tertentu, banyak yang melakukan ‘nangkil’. Mereka memohon kebijaksanaan untuk meningkatkan aura mereka,” terangnya.

Bukan hanya untuk mensucikan diri, tetapi juga untuk memohon kebijaksanaan dan kemakmuran. Di kawasan Beji Agung atau Pura Luhur Pekiyisan ini, terdapat Pelinggih Sedahan atau Sri Sedana yang diyakini sebagai tempat memohon kemakmuran dan kesejahteraan.

Penglingsir Mekel Gede Ketut Sulasa, BE, didampingi oleh Bendesa Adat Babahan, Made Sukawana, menjelaskan bahwa Pura Luhur Pekiyisan ini, bersama Pura Luhur Tanah Lot dan Pura Luhur Batukau, merupakan tempat Ida Bhetara melakukan ritual mepengening.

“Jadi, ada dua ‘beji’ tempat Ida Bhetara di Pura Batukau mepengening, yakni di Beji Agung (toya tabah) di Pura Luhur Pekiyisan dan Pura Luhur Tanah Lot (toya pakeh) dengan konsep Nyegara Gunung. Pemelastian jagad biasanya dilakukan setiap 10 tahun, tergantung kehendak Ida Bhetara dan kondisi jagad,” terang Ketut Sulasa.

Baca Juga :   Festival Ogoh-ogoh Singasana: Melestarikan Budaya dan Kreativitas Anak Muda

Awalnya, Beji Agung ini hanya berupa batuan dengan medan yang sulit. Namun, saat pemelastian jagad atas kehendak Ida Bhetara Batukau, semua prosesi upacara berjalan lancar. Untuk menjaga kesucian Beji Agung (Beji Pingit), tempat Ida Bhetara Batukau melakukan mepengening, kini telah dibangun beji khusus untuk pemedek yang ingin melakukan ‘nangkil’ ke Pura Pekiyisan.

“Dibangun untuk membedakan fungsi, karena dari sejarah, satu untuk pesucian Ida sesuhunan di Batukau. Sekarang, dipisahkan dan disiapkan untuk pesucian pemedek atau penangkilan ke Pura Luhur Pekiyisan,” ucapnya. (BEM1)

ARTIKEL TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER

KOMENTAR TERKINI