DeepSeek, AI yang Menggeser Dominasi Teknologi
balienews.com, – Industri kecerdasan buatan (AI) kembali dikejutkan dengan munculnya DeepSeek, sebuah model AI buatan China yang mendadak menjadi aplikasi paling banyak diunduh di Apple Store. Kejadian ini tidak hanya menarik perhatian para investor, tetapi juga menyebabkan penurunan tajam nilai saham beberapa perusahaan teknologi besar.
Dilansir dari laman BBC, Versi terbaru DeepSeek dirilis pada 20 Januari, dan dalam waktu singkat telah mendapatkan pengakuan dari para ahli AI serta menarik perhatian industri teknologi global.
Bahkan, Presiden AS, Donald Trump, menyebut keberhasilan DeepSeek sebagai “wake-up call” bagi perusahaan-perusahaan teknologi Amerika untuk lebih fokus dalam persaingan AI.
Mengapa DeepSeek Begitu Istimewa?
Salah satu hal yang membuat DeepSeek begitu menarik adalah klaim bahwa model AI ini dikembangkan dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan model industri terkemuka seperti OpenAI. DeepSeek berhasil mencapai efisiensi ini dengan menggunakan chip yang lebih sedikit dan tidak sekompleks chip kelas atas yang biasanya digunakan dalam pelatihan AI.
Fakta ini mengejutkan pasar, hingga menyebabkan nilai pasar Nvidia turun sebesar $600 miliar dalam satu hari, kejatuhan terbesar dalam sejarah pasar saham AS.
Keberhasilan DeepSeek juga menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas kebijakan pembatasan ekspor chip canggih yang diberlakukan oleh pemerintah AS terhadap China. Meskipun Washington mencoba menghambat perkembangan AI di China, Beijing justru semakin mempercepat upaya mereka dalam mengembangkan teknologi mutakhir, termasuk AI, kendaraan listrik, dan semikonduktor.
Apa Itu Kecerdasan Buatan (AI)?
Secara sederhana, kecerdasan buatan adalah teknologi yang memungkinkan komputer untuk berpikir dan bertindak seperti manusia. AI mempelajari pola dari jumlah data yang sangat besar dan menggunakannya untuk menyelesaikan berbagai tugas, mulai dari berbicara dengan manusia, memprediksi tren belanja, hingga membantu pemrograman dan analisis data.
Dalam beberapa tahun terakhir, AI semakin dikenal luas berkat kehadiran chatbot berbasis generative AI seperti ChatGPT dan DeepSeek. Model ini mampu menghasilkan teks, gambar, dan konten lain berdasarkan data yang mereka pelajari. Namun, teknologi ini juga memiliki kelemahan, seperti kecenderungan menghasilkan informasi yang tidak akurat serta bias yang ada dalam data pelatihan.
Mengenal DeepSeek
DeepSeek adalah chatbot bertenaga AI yang memiliki fungsi serupa dengan ChatGPT. Pengguna dapat menggunakannya untuk berbagai tugas, seperti menjawab pertanyaan, menulis teks, hingga membantu pemrograman.
Menurut laporan, DeepSeek memiliki kemampuan sebanding dengan model OpenAI o1 dalam tugas seperti matematika dan pemrograman. Salah satu keunggulan utamanya adalah kemampuannya dalam menghemat penggunaan memori, yang memungkinkan model ini bekerja dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan pesaingnya.
Namun, seperti kebanyakan AI buatan China, DeepSeek memiliki keterbatasan dalam menjawab pertanyaan yang sensitif secara politik. Misalnya, saat ditanya tentang insiden Tiananmen Square 1989, DeepSeek menolak untuk memberikan informasi.
“Saya tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Saya adalah asisten AI yang dirancang untuk memberikan jawaban yang bermanfaat dan tidak berbahaya,” demikian respons DeepSeek.
Siapa Pendiri DeepSeek?
DeepSeek didirikan pada Desember 2023 oleh Liang Wenfeng, seorang pengusaha yang sebelumnya bergerak di sektor keuangan.
Liang adalah lulusan Universitas Zhejiang, dengan gelar di bidang teknik informasi elektronik dan ilmu komputer. Sebelum mendirikan DeepSeek, ia adalah CEO dari hedge fund High-Flyer, yang menggunakan AI untuk menganalisis data keuangan dan melakukan perdagangan kuantitatif.
Dalam sebuah wawancara langka, Liang menyatakan bahwa China tidak bisa selamanya menjadi pengikut dalam AI. Menurutnya, keberhasilan DeepSeek telah mengejutkan Silicon Valley karena untuk pertama kalinya, perusahaan China tidak hanya meniru teknologi AS, tetapi benar-benar berinovasi.
Dampak DeepSeek terhadap Perusahaan AS
Keberhasilan DeepSeek mengguncang pasar teknologi, terutama bagi perusahaan yang bergantung pada penjualan chip canggih seperti Nvidia. Pasar saham AS mengalami guncangan hebat, dengan Nasdaq turun lebih dari 3% akibat aksi jual besar-besaran di sektor teknologi.
Saham Nvidia jatuh 17% dalam satu hari sebelum mulai pulih kembali keesokan harinya. Nilai pasar perusahaan ini turun dari $3,5 triliun menjadi $2,9 triliun, menjadikannya perusahaan paling terdampak akibat kebangkitan AI China.
Analis AI dari Counterpoint Research, Wei Sun, mengatakan, “DeepSeek telah membuktikan bahwa model AI mutakhir bisa dikembangkan dengan sumber daya komputasi yang lebih terbatas. Ini bisa mengubah cara kita melihat kebutuhan teknologi AI ke depan.”
China Merayakan Kesuksesan DeepSeek
Keberhasilan DeepSeek menjadi kebanggaan nasional bagi China, yang tengah berusaha mengurangi ketergantungannya pada teknologi Barat.
Meskipun pemerintah China belum memberikan komentar resmi, media milik negara dengan cepat menyoroti bagaimana Silicon Valley dan Wall Street mengalami “kepanikan” akibat kesuksesan DeepSeek.
Menurut Marina Zhang, profesor dari University of Technology Sydney, “DeepSeek dianggap sebagai bukti dari kemajuan teknologi dan kemandirian China. Ini adalah era baru di mana pengusaha muda China memimpin inovasi, bukan hanya meniru.”
Namun, ia juga memperingatkan bahwa keberhasilan ini bisa menyebabkan isolasionisme teknologi, di mana China semakin menutup diri dari ekosistem teknologi global.
DeepSeek telah mengubah peta persaingan AI global. Dengan biaya lebih rendah dan efisiensi tinggi, AI buatan China ini membuktikan bahwa dominasi teknologi tidak selalu ditentukan oleh anggaran besar atau chip tercanggih.
Namun, tantangan besar masih ada, terutama dalam hal sensor politik, keamanan data, dan penerimaan global terhadap teknologi China. Apakah DeepSeek akan terus berkembang dan menjadi pesaing serius bagi OpenAI dan perusahaan AI Barat lainnya? Hanya waktu yang akan menjawabnya. (BEM)