back to top
Sabtu, Mei 17, 2025
- Advertisement -spot_img
BerandaBeritaDaerahBali Manfaatkan Mangrove untuk Cegah Abrasi dan Tingkatkan Ekonomi Masyarakat

Bali Manfaatkan Mangrove untuk Cegah Abrasi dan Tingkatkan Ekonomi Masyarakat

Denpasar, balienews.com, – Kawasan pesisir Bali yang terkenal dengan pantainya yang indah menghadapi ancaman abrasi. Untuk mengatasinya, masyarakat setempat mengandalkan mangrove sebagai pemecah ombak alami. Tak hanya melindungi pantai, ekowisata mangrove kini menjadi sumber penghidupan bagi nelayan di Desa Pemogan, Denpasar.

Berdasarkan data UPTD Tahura Ngurah Rai, sekitar 1.373 hektare kawasan mangrove telah dikelola, dengan 80% di antaranya sudah tertanami. Perawatan mangrove membutuhkan biaya besar, sehingga masyarakat turut serta menjaga kelestariannya sekaligus mengembangkan potensi ekowisata.

Mangrove Bali: Tangguh Hadapi Abrasi, Hidupkan Ekonomi Warga

Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Segara Guna Batu Lumbang, Wayan Kona Antara, mengungkapkan bahwa ekowisata mangrove semakin populer pasca-pandemi COVID-19. Sekitar 50 kepala keluarga bergantung pada kegiatan ini untuk pemulihan ekonomi.

Baca Juga :  Gubernur Bali Dorong Pelaku Usaha Adopsi PLTS Atap untuk Energi Bersih

Pengunjung dapat menikmati wisata susur mangrove menggunakan perahu mesin (Rp350.000–Rp600.000 untuk 6–10 orang) atau kano saat air surut. Selama 30 menit hingga 1 jam, wisatawan diajak menyusuri hutan bakau setinggi 5 meter, melihat beragam jenis mangrove, hingga mengunjungi Pulau Penyu.

Pendapatan Mencapai Rp300 Juta per Tahun

Ekowisata ini menarik 2.400 pengunjung per bulan, dengan 25% di antaranya wisatawan asing. KUB Segara Guna Batu Lumbang berhasil meraup pendapatan lebih dari Rp300 juta per tahun. Selain wisata, masyarakat juga memanfaatkan produk turunan mangrove seperti olahan makanan dan hasil perikanan.

“Mangrove tidak hanya melindungi kami dari abrasi, tetapi juga menghidupi keluarga nelayan,” ujar Wayan.

Ayo Jelajahi Ekowisata Mangrove Bali!

Meski menjanjikan, ekowisata mangrove bergantung pada pasang-surut air laut. Jika air surut, pengunjung harus menunggu 5 jam sebelum bisa melanjutkan perjalanan. Namun, hal ini tidak mengurangi minat wisatawan yang ingin merasakan pengalaman unik menyusuri hutan bakau.

Baca Juga :  Produk Olahan Mangrove Karya Perempuan Pesisir Bali: Dari Sirup hingga Kopi Bernilai Jual Tinggi

Ayo dukung ekowisata berkelanjutan dengan mengunjungi ekowisata mangrove Segara Guna Batu Lumbang! Dengan begitu, Anda turut menjaga kelestarian alam sekaligus membantu perekonomian masyarakat pesisir. (BEM)

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_img

TERPOPULER

KOMENTAR TERKINI