Tabanan, Balienews.com — Lapas Kelas IIB Tabanan mengembangkan program pembinaan berbasis asimilasi edukasi melalui Kebun Lapas di Jambe, Desa Dajan Peken, yang melatih warga binaan dalam pertanian dan perikanan.
Program yang berjalan enam bulan terakhir ini tidak hanya meningkatkan keterampilan warga binaan, tetapi juga menghasilkan sejumlah produk unggulan, termasuk pie susu Sangkar Emas, jagung, terong, hingga panen lele ribuan ekor.
Program Asimilasi Berbasis Produksi
Kepala Lapas Tabanan, Prawira Hadiwidjojo, menjelaskan bahwa program ini dikelola di atas lahan seluas 16 are yang diubah menjadi kebun produktif dan kolam ikan.
Lima warga binaan berisiko rendah mengikuti asimilasi ini dan keluar setiap pagi untuk bekerja sebelum kembali ke lapas pukul 16.00 WITA dengan pengawasan ketat.
Panen Perikanan Meningkat Pesat
Dalam enam bulan terakhir, sektor perikanan menunjukkan hasil signifikan. Kolam lele, mujair, dan nila berhasil dipanen dua kali, dengan total panen lele mencapai 100 kilogram pada periode pertama dan 400 kilogram pada panen berikutnya. Peningkatan produksi ini didukung bantuan bibit dari Dinas Perikanan.
Hasil Kebun: Jagung dan Terong Memenuhi Target
Di sektor pertanian, Kebun Lapas telah melakukan empat kali panen jagung manis dan jagung ketan dengan total 50 kilogram. Selain itu, panen perdana terong ungu mencapai 60 kilogram, memperkuat produksi pangan segar dari warga binaan.
Produk Olahan Unggulan Warga Binaan
Tak hanya komoditas segar, warga binaan juga mengembangkan produk olahan seperti: Pie susu Sangkar Emas dan Kacang bawang. Produk olahan ini dibuat di dapur asimilasi dan telah dipasarkan secara internal serta pada sejumlah kegiatan pemerintah.
Kalapas menegaskan bahwa seluruh usaha ini berjalan melalui siklus pemberdayaan.
“Hasil jualan gorengan, laundry, hingga cuci motor menjadi modal untuk budidaya lele. Pemberdayaan menghidupi pemberdayaan,” ujarnya.
Kendala Pemasaran dan Harapan Kolaborasi
Meski produksi berkembang pesat, pemasaran masih menjadi tantangan. Lapas Tabanan berharap kolaborasi dengan kelompok tani, UMKM, hingga komunitas pemasaran digital untuk meningkatkan kualitas produk serta memperluas akses pasar.
Beberapa mantan warga binaan yang pernah mengikuti program ini bahkan telah membuka usaha mandiri setelah bebas, menjadi bukti bahwa model pembinaan berbasis produksi mampu mendorong kemandirian ekonomi jangka panjang.
Lapas Tabanan mengajak kelompok pertanian, UMKM, dan jejaring pemasaran untuk berkolaborasi dalam pendampingan berkelanjutan.
“Kami berharap ada kelompok petani yang bersedia membimbing agar kualitas panen stabil dan produk seperti pie susu bisa menembus pasar lebih luas,” kata Kalapas. (BEM)




