TABANAN, – balienews.com
Keberadaan Beji Mumbul, mata air yang berlokasi di Banjar Dukuh, Desa Dauh Peken, Kecamatan Tabanan, Bali telah menjadi salah satu tempat suci yang dikunjungi oleh warga setempat. Mata air ini telah lama diyakini memiliki kemampuan menyembuhkan berbagai penyakit kulit, termasuk cacar, jamur, dan kurap. Selain digunakan untuk tujuan penyembuhan, air dari Beji Mumbul juga dapat langsung dikonsumsi.
Bagi warga masyarakat Tabanan khususnya yang tinggal di wilayah desa Dauh Peken tentu tidak asing lagi dengan keberadaan sebuah Beji yang bernama Beji Mumbul yang dipercaya memiliki beragam khasiat. Terletak di barat Pasar Kodok, hampir tiap hari Beji ini tidak pernah sepi dari masyarakat yang ‘nunas’ toya untuk konsumsi maupun untuk tamba.
Ni Wayan Miasa (64), putri dari almarhum Jero Mangku Pura Beji Yeh Mumbul I Wayan Gede Rugeh, mengatakan mereka yang datang nunas toya ke beji tidak hanya dari warga Tabanan saja melainkan juga ada yang dari Denpasar, Badung dan lainnya.
“Dari luar tabanan banyak, mereka biasanya datang ada yang medewa, cacar, atau gatal gatal, dan ada juga yang melukat,”terangnya.
Di lokasi ini, terdapat sebuah pancuran dengan air yang sangat jernih, di atasnya berdiri Pura Beji Mumbul dengan beberapa pelinggih. Air dari Beji Mumbul dianggap memiliki kekuatan untuk mengobati berbagai jenis penyakit kulit, dan ini telah diyakini oleh masyarakat setempat.
Menariknya, air di Beji Mumbul tidak pernah surut, bahkan saat musim kemarau panjang seperti saat ini. Selama musim hujan pun, airnya tetap tidak keruh. Kualitas air yang begitu konsisten ini telah membuat masyarakat semakin yakin akan keajaiban mata air ini. Masyarakat tidak hanya datang untuk mengambil air, tetapi juga membawa canang dan sesari sebagai tanda penghormatan, yang kemudian dimasukkan ke dalam kotak sesari pada pancoran Beji Mumbul.
Selain itu, banyak yang datang ke Beji Mumbul untuk melakukan ritual melukat, bahkan dari berbagai daerah di luar Tabanan. Yang menarik adalah bahwa dalam melakukan upacara ini, beberapa orang membawa pejati dan sarana lainnya, sementara yang lain mungkin hanya datang untuk maturan pekeling. “Yang penting niat tulus memohon kesembuhan,”pungkasnya.(BEM1)